“Ketika Cinta itu tumbuh, dan membiarkan cinta itu bertahan.
Akankah cinta itu bertahan selamanya???
Ketika cinta didepan mata, dan berpura-pura tak melihat cinta itu.
Apakah cinta itu buta selamanya?
Dan ketika cinta itu hilang, disertai seribu penyesalan.
Apakah cinta itu akan hilang selamanya?”
Megumi adalah anak periang, orangnya baik, rajin beribadah, dan penurut kepada orangtuanya. Sejak masuk SMP, dalam belajarnya tak pernah ada masalah sedikitpun. Dia selalu belajar dengan baik dan dia tak pernah mengeluh dengan apa yang dia terima. Bila ada masalah lain dia tak pernah menunjukkan kesedihannya kepada orang-orang di sekelilingnya. Pastinya, Megumi adalah anak yang pantang menyerah. Dia juga sangat suka memainkan Harmonika, alat music yang jika ditiup akan mengeluarkan suara yang indah. Itulah sekilas mengenai dirinya.
Dia mempunyai 2 sahabat yang sangat peduli terhadapnya, mereka bertiga selalu bersama sejak kelas 1 SMP. Yuuta dan Morio selalu ada untuk Megumi, begitu pula sebaliknya. Dari kelas 1 SMP hingga sekarang mereka selalu bersama-sama. Baik ke sekolah, pulang sekolah, pergi ke tempat-tempat bermain, bahkan selama 5 tahun mereka selalu sekelas. Di dalam kelas, jika tak ada guru yang mengajar, mereka bertiga berkumpul di sudut kelas samping jendela kaca yang besar. Disitu mereka bercerita hal-hal yang konyol, dan bernyanyi bergurau bersama. Mereka selalu menceritakan apapun masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan keluar bersama-sama. Tapi Megumi, Ia menyembunyikan sesuatu dari Yuuta dan Morio karena jika mereka berdua tahu yang sesungguhnya, itu akan menghancurkan persahabatan yang telah mereka jalani selama kurang lebih 5 tahun. Sampai saat ini Megumi merasa tersiksa dengan perasaan yang dia pendam selama bertahun-tahun. sejak awal, ternyata Megumi memendam rasa sukanya terhadap Yuuta. Sering Megumi menangis dibelakang Yuuta tapi Yuuta tak pernah mengetahui dan menyadari akan hal itu. Bisa dikata cinta Megumi mungkin bertepuk sebelah tangan. Tetapi biarpun sebanyak apa airmata, Dia tetap bisa tegar menghadapi Yuuta.
Satu hari lagi tepat tanggal 19, tanggal dimana diperingati hari ulang tahun Megumi. Malam itu, malam sebelum ulang tahun Megumi, Morio menemui Yuuta.
“Yut, kamu udah dapat hadiah untuk si Megumi belum??? Esok kan Sweet seventeen’ nya???” Tanya Morio.
“Udah donk,,, jauh-jauh hari udah ku sediakan supaya nggak lupa” jawab Yuuta dengan santai.
“Hadiah apaan?? Hmm,,, jangan-jangan seperti yang tahun lalu, ingin mengerjainya lalu kamu memberinya hadiah yang paling dibenci olehnya, itu tuh~ boneka yang berbentuk ulat. Hahahaa….. mungkin kali ini,,, biar ku tebak. Pasti aksesoris yang berbentuk ulat atau semacamnya…. Iya kan??? Hahahaaa……” ledek si Morio sambil tertawa terbahak-bahak,,, karena teringat reaksi Megumi saat menerima hadiah itu,,, Yuuta didorong Megumi ke kolam ikan.
“ehh,,, tapi ujung-ujungnya dia menerimanya juga kan???” bantah Yuuta sambil tersenyum.
“ hahh?? Berarti kamu bakalan kasi kado yang sama dong? Cara ngomongnya juga kaya’ gitu?? idihh… jadi kamu mau tahun ini kamu di ceburin ke kolam ikan???,,, eehh,,, biar aku prediksikan, pasti kamu bukan diceburin lagi, tapi dibuang ke laut kaleee…. Wkwkwkkk….” Gurau Morio.
“ahh,, tapi kali ini beda,,, ada hadiah special untuknya.” Ucap Yuuta tersenyum manis.
“uwahh,,,, sama dong,,, aku juga punya hadiah special untuknya. Ekh, Btw kamu mau ngasi kado apa???” Tanya Morio.
“Rahasia,,, toh esok nanti kamu liat sendiri…” jawab Yuuta…
“mm,,,, main rahasia-rahasia segala! Dasar pelit!!” teriak Morio.
Di malam yang sama pula Megumi tak bisa tidur,,, karena memikirkan hari esok. Diapun berdoa agar segalanya yang akan dilakukan esok hari berjalan lancar.
_Esok harinya_
Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Banyak orang berkumpul di taman rumah Megumi. Setelah pesta selesai,,, Yuuta dan Morio memanggil Megumi ke salah satu tempat bermain mereka, yaitu taman yang didekatnya ada sebuah danau angsa. Disana, Yuuta dan Morio memberikan kado untuk Megumi. Morio memberikan sebuah aksesoris rambut, dan Yuuta memberikan sebuah Harmonika perak untuk Megumi. Megumi sangat senang menerima kado pemberian mereka berdua. Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan bagi megumi.
Hari-haripun terus berjalan, keakraban mereka semakin baik. Hari-hari untuk Ujian Akhir semakin mendekat. Suatu hari, Megumi, Yuuta, dan Morio berbincang di kantin. Awalnya mereka melakukan kebiasaan mereka yaitu bercanda sambil tertawa membicarakan hal yang konyol. Tiba-tiba pembicaraan mulai serius ketika Megumi bertanya
”heh.... kalian berdua,,, lulus nanti mau ke Universitas mana?”
Dengan semangat Morio berkata
”tentunya kita akan sama-sama lagi kan??”
Beberapa saat Yuuta terdiam dan wajahnya kelihatan bingung. Setelah itu ia mengangguk-ngangguk dan berkata ”hmm,,, pastinya...”
Padahal,,, dalam hatinya berkata lain. Yuuta belum siap mengatakan yang sesungguhnya kepada mereka berdua, terutama Megumi. Jika Yuuta mengatakan hal yang sebenarnya, pasti Megumi akan merasa sedih dan ia tak mau hal itu terjadi. Yuuta memutuskan untuk berbohong.
Ternyata, Yuuta tak pintar berbohong apalagi terhadap Megumi. Saat itu Megumi merasa bahwa Yuuta berbohong. Tapi Megumi hanya diam dan menanggapi ucapannya tersebut. Sepulang sekolah,,, Yuuta tiba-tiba menarik tangan Megumi dan pergi.
”Ayo Meg,, ikut denganku” ucap Yuuta sambil menggenggam tangan Megumi dan menariknya. Saat itu Megumi hanya mengangguk, dan
”eh!!! Kalian berdua,,, mau ke mana??? Nggak ajak-ajak aku! Wuaahhh!!! Curang!! Tungguin aku piket dong!!” teriak Morio sambil mengangkat kursi ke atas meja.
”Udahh!!! Kamu lanjutin aja piketmu. Aku bawa Megumi Cuma sebentar kok... nanti kamu kalau mau pulang duluan aja... yaa!!!” kata Yuuta sambil keluar dari pintu.
Morio saat itu terdiam, dan wajahnya seperti tampak kecewa. Lalu ia lanjutkan lagi tugasnya. Yuuta dan Megumi menaiki sepeda. Awalnya Megumi akan naik sepeda miliknya, tapi Yuuta mengajak Megumi bersama-sama naik sepeda miliknya. Di jalan, Megumi bertanya
”Yut, kita mau ke mana sih,,, jangan ngebut bawa sepedanya, aku udah mulai mual nihh....” lalu jawab Yuuta ”udah! Kamu diam aja. Sebentar lagi nyampe kok...!”
Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Di situ ada sebuah kolam ikan kecil dan di pinggir kolam ikan itu terdapat pohon den yang dibawahnya ada bangku berwarna putih. Mereka duduk di situ dan berbincang-bincang serta bercanda tawa.
Sesaat mereka terdiam dan… “Meg,coba berikan tangan kananmu, dan tempelkan di telapak tanganku ini.” Kata Yuuta sambil mengangkat tangannya sebahu. Setelah itu, Megumi melakukan apa yang dikatakan Yuuta dan Yuuta menyuruh Megumi menutup matanya, lalu Yuuta memberikan aba-aba seperti ini, “coba kau rasakan alam sekitarmu, dengar suara dedaunan pohon yang saling bergesekkan, dan tarik napas dalam-dalam.” Saat Megumi mempraktekkannya, dia tersenyum. Yuuta memandang Megumi sambil tersenyum pula, dan sesudah Megumi membuka matanya, Yuuta buru-buru memejamkan matanya dan berkata…. “terasa lebih tenang
“Meg, jika suatu saat aku tak ada disampingmu seperti ini, apa yang akan kau lakukan?”
“Kenapa kau berkata begitu? Apa kau berencana untuk meninggalkan aku dan Morio?” Megumi balik bertanya sambil menatap tajam kepada Yuuta
“nggak,, aku kan Cuma nanya….. kok kamu jadi sinis gitu sih??”Jelas Yuuta.
Sesaat mereka diam, lalu Megumi berkata
“hmm,,, kalau seumpama kamu mau pergi jauh, aku tak keberatan kok, asalkan kamu harus ingat perkataanku ini. Jangan pernah lupakan aku dan Morio yah!!?? Awas kalau coba-coba, aku nggak segan-segan keluarkan otak kamu itu trus aku ganti dengan otak katak!” Yuuta terdiam dan tiba-tiba “katak? Mm,,, Lucu juga…” setelah itu tertawa terbahak-bahak lalu dia berkata “aku tak mungkin melupakan kalian, karena kalian sahabat aku yang paling baik.” ……. Beberapa saat kemudian mereka pulang. Diantarnya Megumi ke rumahnya dan Yuuta pun pulang ke rumahnya.
Waktu terasa begitu cepat, ujian sudah didepan mata. Mereka bertiga saling menyemangati satu sama lain. Ujian Nasional berlangsung selama 5 hari. Pada hari terakhir ujian usai, mereka merayakannya di tempat favorit mereka yaitu di pinggir danau angsa. Disitu mereka memutuskan untuk mementukan Universitas mana yang akan mereka pilih. Saat itu Megumi bilang bahwa Megumi akan masuk Universitas DM dan Morio juga telah memutuskan untuk masuk di universitas yang sama. Tetapi Yuuta terdiam. Dia tak tau apa yang harus ia katakana kepada mereka. Megumi berulang kali meminta pendapat Yuuta tapi dia hanya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Tiba-tiba handphone Yuuta bordering, setelah menerima telepon, Yuuta segera beranjak pergi dan hanya berkata maaf kepada Megumi dan Morio. Saat itu, Megumi hanya diam dan melamun. Perlahan Megumi meneteskan air mata. Tapi dia tak mau menunjukkan kesedihannya itu pada Morio. Ternyata sejak awal ketika pembicaraan di kantin, Megumi sudah merasa bahwa Yuuta akan meninggalkannya. Untuk menyamarkan kesedihannya itu, ia mengajak Morio pergi dari tempat itu dan pulang.
_UPACARA KELULUSAN_
Hari ini adalah hari penting bagi Megumi, karena sudah hamper 3 minggu ia tidak bertemu dengan Yuuta. Dengan alasan sibuk, yang sedang membantu ayahnya di kebun teh milik keluarganya, Yuuta mengelabui Megumi. Sesungguhnya, semua alas an yang Yuuta katakan sama sekali tak benar. Yuuta sedang menjalani tes masuk Universitas di New York dan ternyata Morio mengetahui ini semua. Yuuta meminta agar Morio tidak mengatakan apapun tentang ini. Awalnya morio menentang. Tapi akhirnya dia menyetujui permohonan Yuuta. Hari ini Megumi berharap Yuuta hadir di acara kelulusan.
“Mor, kira-kira Yuta bakalan datang nggak ya??” Tanya Megumi sambil membalik-balikkan badan kearah pintu utama.
“kamu yang tenang dong! Tuh, tamu-tamu di belakang lagi liatin kamu. Diam sedikit kenapa sih!!” tegur Morio lembut. Megumi pun diam dan tak bicara lagi. Tapi sedikit-sedikit dia memandangi pintu depan, berharap Yuuta akan datang. Tapi,,, setelah berjam-jam acara itu hingga akhirnya selesai, Yuuta tak juga datang. Megumi sangat sedih karena orang yang sangat ia harapkan untuk hadir di acara tersebut tak datang. Padahal Megumi ingin mengucapkan selamat kepada kepada Yuuta karena telah berusaha dan lulus dengan nilai yang mencapai sempurna. Sesampai di rumah, Megumi mengurung diri di kamar. Dia sangat marah dan kecewa kepada Yuuta yang menghilang entah ke mana tanpa memberi kabar sedikitpun. Handphone Megumi di non-aktifkan, internet dan telepon rumah dicabut, dan dia tak mau bertemu siapapun termasuk Morio terlebih Yuuta. Beberapa hari kemudian, Yuuta mengajak bertemu dengan Morio. Dalam pertemuan itu, Yuuta mengatakan bahwa ia akan berangkat ke New York minggu depan. Untuk itu, dia ingin Morio memberitahukan kepada Megumi bahwa ia ingin bertemu dengan Megumi biar tinggal sehari sebelum dia berangkat. Kemudian Morio menjelaskan keadaan Megumi sekarang bahwa ia tidak ingin bertemu dengan siapapun termasuk Yuuta. Tiba-tiba Yuuta menjatuhkah lututnya ke tanah dan memohon kepada Morio agar membantunya untuk bertemu dengan Megumi. Karena mengingat persahabatan antara mereka, Morio pun setuju ingin membantu sahabatnya itu. Megumi masih berdiam diri dan memendam kekecewaannya itu. Sehari sebelum keberangkatan Yuuta, Morio mencoba menghubungi Megumi tapi tetap saja tak bisa. Morio mengatakan bahwa dia telah gagal menghubungi Megumi. Yuuta merasa kecewa dan menyesal. Dia merenung, jika sejak awal dia jujur, pasti dia sekarang sedang bersama dengan Megumi mengisi hari terakhir mereka bertemu karena akan berpisah dalam jangka waktu yang lama. Keesokan harinya, disaat keberangkatan Yuuta. Jarum jam menunjukkan pukul 6 lebih seperempat. Megumi terbangun dari tidurnya. Saat dia melihat hp nya, dia serasa ingin memegang benda tersebut. Beberapa menit kemudian, jarinya menekan tombol power seakan-akan tangannya bergerak sendiri. Saat hp nya menyala, ia menerima dua pesan suara. Pertama dia mendengar suara Yuuta “Meg, maafin aku yah, aku nggak jujur dari awal, aku menyesal, aku ingin sekalu bertemu denganmu.” Setelah itu, dia mendengar pesan dari Morio “Meg, jam 7 pagi ini Yuuta akan berangkat menuju New York. Kamu harus menemuinya.” Saat mendengar pesan suara Morio, dengan piamanya Megumi pergi menuju bandara. Saat itu ia hanya berpikir ingin bertemu Yuuta. Saat dia mencari taksi, tak ada satupun taksi yang lewat di depan rumahnya. Lalu Megumi pergi ke garasi belakang, mengambil sepedanya dan membawanya menuju bandara. Di perjalanan Megumi serasa ingin pingsan, kepalanya serasa ingin berputar, sakit dan terasa nyeri. Tetapi dia tak peduli dengan semua yang dia rasakan saat itu. Yang dia pikirkan hanyalah Yuuta. Waktu menunjukkan pukul 6:55. Saat itu, Megumi tiba di bandara. Tetapi entah mengapa kepalanya terasa semakin sakit. Karena tak kuat, dia jatuh dan menangis. Tiba-tiba seseorang mengulurkan tangan. Megumi berharap itu uluran tangan dari Yuuta. Tapi sebenarnya itu bukanlah Yuuta tetapi Morio. Morio membantu Megumi berdiri dan menuju ke dalam bandara. Sesampainya didalam, ternyata Megumi terlambat. Pesawat yang ditumpangi Yuuta telah berangkat. Saat itu, Megumi yang tadinya menangis, tiba-tiba berhenti, mengusap airmatanya dan bertanya kepada Morio
“apakah dia kelihatan bahagia, saat dia memutuskan untuk pergi?”
“tentu saja dia bahagia karena itu kemauannya sendiri” ucap Morio. Padahal Morio hanya berusaha Menghibur Megumi agar Megumi tidak putus asa. Lalu Megumi tersenyum dan berkata “syukurlah kalau begitu, itu artinya, dia pergi dalam keadaan yang baik-baik saja dan dia senang. Aku juga senang. Lalu Megumi pergi dari tempat itu. Morio menawarkan untuk mengantar Megumi sampai di rumah dan Megumi setuju.
Semenjak kepergian Yuuta, Megumi lebih periang. Megumi selalu tersenyum, dan bersemangat dalam segala sesuatu terlebih terhadap study nya. Satu minggu setelah keberangkatan Yuuta……… pagi itu Megumi sedang bersiap-siap untuk kuliah. Saat sedang membuka lemari, tiba-tiba Megumi melihat ada sepercik darah di lantai. Saat itu ia merasa tubuhnya ingin jatuh, setelah dia melihat darah di lantai yang berjatuhan semakin lama semakin banyak,ternyata darah itu keluar dari hidungnya. Dia merasa aneh dengan dirinya itu. Karena belakangan ini dia merasa kurang sehat. Jika kelelahan, dia pasti akan pingsan dan mengeluarkan darah dari hidungnya. Karena merasa ada yang kurang beres dengan dirinya, Megumi memutuskan untuk memeriksakan dirinya ke dokter. Selesai jadwal mata kuliah, diapun pergi ke rumah sakit. Beberapa hari setelah menjalani pemeriksaan secara menyeluruh, Megumi dipanggil lagi untuk ke rumah sakit. Lalu…..
“nona Megumi, tentang peneriksaan anda…. Anda menderita penyakit kanker otak stadium 4. Seberarnya penyakit sudah kurang lebih setahun bersarang di tubuh anda.” Jalas dokter.
“dok, apakah penyakitku bisa disembuhkan?” Tanya Megumi
“maaf saya berkata begini, tapi,,,, anda bertahan hanya kurang lebih dua sampai tiga tahun. Pengobatan hanya akan memperlambat penyakit itu, tapi, tak ada harapan untuk sembuh!” tegas dokter.
Mendengar hal itu, Megumi tersenyum. Seperti biasanya, dia tak ingin menunjukkan ekspresi wajah sedihnya kepada orang lain. Karena itu adalah cirri khas seorang Megumi. Sambil tersenyum dia berterima kasih kepada dokter lalu mengambil hasil tesnya dan pergi.
Sesampainya di rumah, Megumi merenung sambil meneteskan air matanya. “hidupku tak akan lama lagi” ungkapnya dalam hati. Tapi Megumi mererima semuanya itu dengan lapang dada. Tak ada yang mengetahui penyakitnya itu. Megumi menjalani hidupnya seperti sebelum dia difoniskan menderita penyakit mematikan itu. Sore harinya, Megumi pergi ke tempat dimana untuk yang pertama kalinya dia dan Yuuta bisa berduaan. Saat itu, Megumi membawa kotak dan sehelai kertas kecil. Sesampainya di tempat itu, Megumi duduk dan perlahan dia meneteskan air mata. Sementara itu, dia menuliskan sebuah kata “I Miss U” di sehelai kertas dan menaruhnya di dalam kotak itu. Dan ditaruhnya kotak tersebut di bawah bangku di dekat pohon itu. Setelah itu, Megumi mengambil harmonica pemberian Yuuta dari tasnya dan dimainkannya lagu yang pernah Yuuta ajarkan dulu kepadanya. Setelah memainkan satu lagu, perasaan Megumi menjadi tenang dan diapun beranjak dari situ. Waktu terus berjalan. Pertanda hidup Megumi semakin lama semakin sedikit. Setahun lebih setelah dia difonis kanker otak, Morio akhirnya mengetahui yang sebenarnya tentang penyakit yang diderita Megumi. Diketahuinya pada saat Megumi merayakan ulang tahun Morio. Saat itu tanpa disadari Megumi, dari hidungnya keluar darah yang semakin banyak. Morio menanyakan apa yang sebenarnya terjadi karena seringkali Morio melihat Megumi mengeluarkan darah dari hidungnya dan sering pula pingsan. Karena Morio memaksa, akhirnya Megumi menceritakan penyakitnya itu. Morio sempat terkejut mendengar hal itu, tapi tak ada yang dia pikirkan saat itu selain memberi semangat dan kekuatan kepada Megumi. Lalu, Morio berkata dalam hati, “aku akan selalu menjagamu… karena kau adalah sahabatku, dan karena aku mencintaimu.
Lama-kelamaan, keadaan Megumi semakin melemah. Dia sering pingsan dari biasanya, dan wajahnya semakin hari semakin pucat. Kurang lebih dua tahun setengah Megumi menjalani pengobatan. Tapi seperti yang dikatakan dokter, pengobatan hanya untuk memperlambat penyebaran penyakit bukan menyembuhkan. Hingga suatu hari, Megumi dihadapi dengan masalah yang membuat hidupnya semakin sulit, matanya mengalami kebutaan akibat menjalarnya penyakit sampai ke syaraf mata. Megumi tetap tak mau menyerah, biarpun dia berhenti kuliah, dia tetap semangat menjalani kehidupannya. Setahun setelah Morio tau bahwa Megumi sakit, Morio memutuskan untuk berusaha menghubungi Yuuta tetapi selalu tidak berhasil. Sudah hamper tiga tahun Yuuta berada di New York dan tak ada kabar sama sekali. Alamat dan nomor teleponnya pun tak ada. Tapi tak ada kata menyerah bagi Morio. Demi Megumi yang dicintainya, Morio berusaha melakukan apapun termasuk ingin mempertemukan Megumi dengan Yuuta. Sejak awal melihat sikap Megumi terhadap Yuuta, Megumi seperti sangat menyayangi Yuuta. Morio hanya bisa mengalah dan menerima bahwa cintanya tak terbalas oleh Megumi………… beberapa bulan berlalu, akhirnya Morio mendapatkan alamat asrama Yuuta di New York. Setelah mendapatkan alamat Yuuta, Morio menulis
Tanggal 22 bulan Desember…………………….
Tiga tahun Yuuta pergi, tak ada kabar tentang dirinya. Tiga tahun sudah Megumi memendam rasa rindunya terhadap Yuuta. “mungkin tak akan sempat lagi,,, aku memang tak akan bertemu dengannya lagi.” Ucap Megumi. Saat itu, cuaca sangat dingin. Megumi yang duduk diatas kursi roda, menikmati suasana hening dibalik kaca yang besar. Dia sedang berada di sebuah ruangan dimana dulu dia, Yuuta, dan Morio sering bergurau di tempat itu. Saat itu, Megumi sedang menggenggam harmonika pemberian Yuuta. Dia juga memakai aksesoris pemberian Morio saat ulang tahun Megumi yang ke 17. Saat sedang melamun, tiba-tiba dari hidung Megumi mengeluarkan darah. Diangkatnya kepalanya dan disumbat hidungnya dengan syall yang dililitkan di lehernya itu. Beberapa menit kemudian, darah yang keluar dari hidungnya itu berhenti. Sejenak dia terdiam, lalu dia memainkan harmonica yang diggenggamnya tadi. Disisi lain, sepasang kaki terhenti di depan gerbang sekolah. Ternyata itu adalah Yuuta. Satu minggu setelah Morio meninggal, Yuuta menerima surat yang berisi pesan singkat dari Morio. “Yut, ini aku Morio. Apa kabarmu sekarang ini?? Aku dan Megumi sangat merindukanmu. Yut, sekarang keadaan Megumi sangat buruk. Aku ingin kau tak menyesal. Untuk itu, setelah kau menerima surat ini, kau harus segera pulang dan bertemu dengannya. Karena dia sangat mengharapkan kehadiranmu saat ini. Salam Morio…” saat menerima surat itu, Yuuta langsung mengurus kepindahan kuliahnya dan itu memerlukan waktu berminggu-minggu. Setelah semuanya beres, Yuuta kembali dan langsung mencari Megumi. Sebelum mencari Megumi, Yuuta mendengar kabar bahwa Morio sahabatnya sudah meninggal. Dia sangat sedih dan tak menyangka, Morio meninggal saat sesudah ia mengirimkan surat kepada Yuuta. Setelah dirinya tenang, diapun pergi mencari Megumi. Saat tengah mencari Megumi, langkah kakinya terhenti di gerbang sekolahnya dulu. Tanpa ragu dia membuka pintu gerbang tersebut dan berjalan masuk menuju gedung sekolah. Saat berada di tengah lapangan, Yuuta mendengar suara yang rasanya tak asing di telinganya. Setelah mendengarkan baik-baik, suara itu ternyata adalah suara harmonika yang setiap lantumannya terdengar indah. Tanpa berpikir panjang, Yuuta berlari menuju kedalam gedung dan dia mencari di setiap ruangan, sumber bunyi harmonica tersebut. Dia melihat satu persatu ruangan yang dia lewati, tapi tak ada sosok seseorang yang sedang memainkan harmonika. Dia terus menaiki anak tangga, ketika dia menaiki anak tangga yang terakhir, langkahnya terhenti. Awalnya Yuuta berbelok ke kanan menuju lab kimia, tapi setelah dia mendengar bunyi yang timbul dari belakangnya, diapun menoleh. Yuuta terdiam beberapa saat setelah melihat papan kecil di atas pintu yang bertuliskan 3 IPA 4, lalu perlahan dia mendekati pintu tersebut. Suara harmonika itu semakin lama semakin terdengar murni. Dan….. saat Yuuta melihat ke dalam ruangan itu, Yuuta terdiam. Yuuta melihat seseorang dengan kursi roda dan memakai baju hitam dengan syall abu-abu yang melingkar di lehernya serta mamakai topi rajutan dan orang tersebut sedang memainkan harmonika. Yuuta tak merasa asing dengan sosok tersebut. Tanpa ragu, Yuuta lalu memanggilnya.
“Megumi….??”
Suara harmonika terhenti, lalu orang itu membalikkan kursi rodanya. Yuuta tak menyangka, yang sedang duduk di atas kursi roda itu adalah Megumi. Saat itu Yuuta berjalan ke arah Megumi, saat Yuuta melangkah, lalu,,,
“tunggu…. Siapa di situ???” Megumi bertanya… langkah Yuuta terhenti.
“ini aku… Meg,,, tak kah kau lihat???” jawab Yuuta bingung.
Sejenak mereka berdua terdiam,,, lalu,,,, “Yuuta,,, benar itu kamu??” ucap Megumi ragu.
Setelah itu Yuuta kembali melangkah menuju Megumi tapi,,,, Megumi menyuruhnya, diam di tempat,.
”Tunggu!! Jangan ke sini!!” lalu Yuuta terdiam. Dan Megumi mencoba berdiri dari kuris rodanya itu. Meski terasa sulit, Megumi berusaha bangkit. Sementara Megumi melangkahkan kakinya dengan pelan, dia berkata
”biar aku ke situ... ke tempatmu.” Megumi tersenyum pada Yuuta dan berusaha untuk cepat melangkah sampai ke tempat Yuuta berdiri, Senyuman yang begitu manis. Tapi tiba-tiba Megumi jatuh, karena Megumi sudah tak kuat lagi. Melihat Megumi jatuh,Yuuta lari ke arah Megumi dan memeluk Megumi. Wajah Megumi begitu putih pucat, saat Yuuta ingin mengatakan sesuatu, Megumi meletakkan jari telunjuknya ke bibir Yuuta dan............
”ssssttthh............ jangan berkata apa-apa, antarkan...........,,,,, hmm,,,, shizuka.” Megumi lalu tak sadarkan diri. Yuuta teringat akan tempat yang pernah ia datangi bersama Megumi. Lalu Yuuta merangkul Megumi, dengan tergesa-gesa menuju ke tempat itu. Sesampainya di tempat itu, Yuuta yang masih merangkul Megumi, duduk di bangku di bawah pohon den itu. Yuuta lalu menggenggam tangan Megumi dengan erat dan mencoba untuk menyadarkan Megumi. Beberapa saat kemudian,,, Megumi sadar. Saat itu, Yuuta memeluk erat Megumi sambil bertanya
”apa yang sebenarnya terjadi padamu Meg??”
Saat itu Megumi hanya menatap lemah Yuuta sambil mengelus-elus wajah Yuuta lalu berkata
”pasti wajahmu tambah ganteng, sayang aku tak dapat melihatnya.”
”bicara apa kamu??? Jawablah Meg, apa yang terjadi???” ucap Yuuta khawatir.
”berikan tangan kananmu,,,angkatlah.” perintah Megumi. Lalu Megumi melekatkan tangannya di tangan Yuuta, setelah itu Sesaat Yuuta mengingat waktu itu, beberapa tahun yang lalu mereka juga melakukan hal yang sama. Yuuta meneteskan air mata. Air mata yang jatuh di tangan Megumi memberi tanda bahwa saat itu Yuuta sedang menangisinya. Lalu, tersenyum sambil mengusap air matanya. Setelah itu,,,,
”pejamkan matamu Yuuta....” ucap Megumi.
Yuuta menuruti komando Megumi. Beberapa saat ketika Yuuta menutup mata, Megumi tersenyum legah sambil berkata :
”trima kasih Tuhan, Engkau masih memberiku kesempatan sekali lagi menikmati saat-saat terakhirku bersama Yuuta, walau begitu singkat.” Mata Yuuta masih keadaan tertutup, Setelah itu Megumi mengatakan....
”kita ucapkan perasaan kita saat ini ya...” Lalu Yuuta mengatakan
”aku,,,, merasa sangat nyaman.... jika memelukmu seperti ini, aku berjanji.... aku tak akan meninggalkanmu lagi.” Sejenak Yuuta terdiam, perlahan Megumi menutup matanya.... Lalu terdengar suara lembut Megumi, seakan tak berdaya...
”aku... sangat merindukanmu”
Tangan Megumi yang tadinya melekat di tangan Yuuta tiba-tiba jatuh... Lalu saat Yuuta membuka matanya,,, dia melihat wajah Megumi yang pucat itu tersenyum,,, seperti tak menanggung beban apapun. Yuuta sadar bahwa Megumi telah pergi,,, meninggalkannya dan kenangan-kenangan mereka. Saat itu, Yuuta tak kuasa menahan tangis. Dipeluknya Megumi dengan erat, dan Yuuta pun mengatakan ”Maafkan aku...” berulang-ulang kali.
Keesokan harinya, Megumi dimakamkan. Ibu Megumi telah merelakan dia pergi. Tiga hari setelah Megumi meninggal,,, saat itu bertepatan dengan hari
”Mor, kau tega ya!! Ninggalin aku!! Nggak bilang-bilang lagi. Aku nggak sempat ucapin selamat tinggal sama kamu. Maafin aku ya....... thank’s untuk surat yang kamu kirimkan itu. Jika tak ada kamu, aku takkan tau keadaan Megumi, dan aku pasti akan menyesal. Tapi, kau membantuku agar sama sekali tak ada penyesalan. Sekali lagi thank’s ya.... kau memang sahabat terbaikku.”
Yuuta lalu memandangi wajah Megumi saat berpose di foto itu, senyumannya dengan wajah yang ceria dengan warna bibir merah merona. Kelihatan cantik. Setelah itu, Yuuta menyandarkan kepalanya di bangku putih itu,,, menghirup udara segar sambil memejamkan mata. Lalu dia berkata
”Megumi,,, maaf aku terlambat bahkan tak sempat mengatakan ini... Aku sungguh mencintaimu. Sayangnya aku tak tau perasaanmu. Mungkin kalau kau ada di sini, kau pasti akan menolak kata-kataku ini, karena kau sangat menganggap aku ini sahabat terbaikmu. Hhhm.....”
Tiba-tiba,,, ada sesuatu yang jatuh dari tas milik Yuuta. Dan yang terjatuh adalah harmonika milik Megumi yang dulunya menjadi hadiah istimewa dari Yuuta untuknya. Saat Yuuta ingin mengambil harmonika tersebut, Yuuta melihat di samping harmonika itu jatuh ada sebuah kotak berwarna kuning keemasan. Merasa penasaran, Yuuta pun mengambil kotak tersebut dan membukanya. Dibalik penutup kotak itu bertuliskan nama YUUTA yang ditulis dengan warna perak. Kotak itu berisi 1124 kertas kecil berwarna-warni yang bertuliskan ”I Miss U” dan sepucuk surat berwarna hijau. Ternyata setiap hari sebelum berangkat kuliah, Megumi pergi ke tempat itu, hanya untuk menaruh kata-kata ”I Miss U” di kotak itu. Berharap dengan melakukan hal itu, Yuuta akan kembali karena ada harapan yang tercampur dalam sehelai kertas kecil tersebut. Dan satu surat berwarna hijau, yang dituliskan Megumi seminggu sebelum dia meninggal. Dia menulis surat itu karena dia merasa bahwa dia tak bisa bertahan lagi. Dia takut akan menyesal jika tak sempat memberikan yang sebenarnya kepada Yuuta. Meskipun dalam keadaan tak bisa melihat, tulisan tangan Megumi masih sangat rapih, isi yang bertuliskan tinta biru. Isi surat itu:
Untuk Yuuta Tersayang………..
Pertama aku ingin meminta maaf kepadamu dengan apa yang selama ini aku pendam. Aku sebenarnya memendam perasaan aku terhadap kamu. Saat pertama kali melihat kamu waktu MOS SMP dulu, tumbuh perasaan aneh yang membuatku perasaanku tak karuan. Aku tak tau mengapa perasaan ini bisa tumbuh. Aku bingung. Tak menyangka kita sekelas ya,,, dan menjadi akrab hingga bersahabat. Saat aku bersahabat denganmu, aku menyimpan siksaan ini sendiri, aku tak ingin mengecewakanmu. Aku mencoba memendam perasaanku selama bertahun-tahun. Hingga tiba keberangkatan kamu ke New York, sebenarnya aku ingin mengucapkannya secara langsung tapi, aku terlambat selangkah. Yut, aku sakit. Aku menderita kanker otak dan tak bisa sembuh. Mungkin saat kau membaca suratku ini, aku tak bisa lagi bersama-sama denganmu. Yuuta,,, aku Cuma ingin bilang bahwa,,, Aku tak akan pernah berhenti mencintaimu, biar detak jantungku berhenti, tapi cintaku padamu tak akan pernah berhenti. Kau cinta pertama, dan terakhir bagiku. Jangan lupakan aku Yuuta aku selalu berada dihatimu.........
Love Megumi.
Setelah membaca surat itu, Yuuta meneteskan air mata. Penyesalan Yuuta sama sekali tak ada gunanya. Dia menyesal menyimpan perasaannya itu. Yuuta telah mencintai Megumi ketika memasuki SMA tapi Yuuta tak berani mengatakannya dengan alasan tak ingin membuat Megumi ilfil. Saat itu, Yuuta berkata ”terima kasih atas cintamu Megumi” lalu Yuuta membawa kotak itu beserta harmonika milik Megumi dan pergi dari tempat itu. Penyesalan yang dialami Yuuta tetap dibawanya hingga akhir hidupnya.
”Untuk itu sobat selagi masih ada kesempatan, ungkapkanlah kepada orang yang berhak menerima ungkapan itu, yang menurutmu itu penting. Jangan sampai waktu menelanmu dalam penyesalan. Ingatlah kawan, penyesalan bukan didepan kita melainkan di belakang kita”